Thursday, July 5, 2012


Classical Music/Musik Klasik

Musik klasik merupakan istilah luas yang biasanya mengarah pada musik yang dibuat di atau berakar dari tradisi kesenian Barat,musik kristiani, dan musik orkestra, mencakup periode dari sekitar abad ke-9 hingga abad ke-21.


Sejak abad ke-2 dan abad ke-3 sebelum Masehi, di Tiongkok dan Mesir ada musik yang mempunyai bentuk tertentu. Dengan mendapat pengaruh dari Mesir dan Babilon, berkembanglah musik Hibrani yang dikemudian hari berkembang menjadi musik Gereja. Musik itu kemudian disenangi oleh masyarakat, karena adanya pemain-pemain musik yang mengembara serta menyanyikan lagu yang dipakai pada upacara Gereja. 



Musik itu tersebar di seluruh Eropa kemudian tumbuh berkembang, dan musik instrumental maju dengan pesat setelah ada perbaikan pada alat-alat musik, misalnya biola dan cello. Kemudian timbulah alat musik Orgel. Komponis besar muncul di Jerman, Prancis, Italia, dan Rusia. 

Dalam abad ke 19, rasa kebangsaan mulai bangun dan berkembang. Oleh karena itu perkembangan musik pecah menurut kebangsaannya masing-masing, meskipun pada permulaannya sama-sama bergaya Romantik. Musik menurut Aristoteles mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme. Mulai abad 20, Prancis menjadi pelopor dengan musik Impresionistis yang segera diganti dengan musik Ekspresionistis.

Sumber : Wikipedia

Blues

Genre blues didasarkan pada bentuk blues tetapi memiliki karakteristik lain seperti lirik, bass dan instrumen.  Istilah "blues" mengacu pada "Blues Devil", yang berarti melankolis dan kesedihan, penggunaan awal istilah dalam pengertian ini ditemukan oleh George Colman pada satu babak sandiwara Blue Devils (1798). 


Musik blues berawal dari musik-musik spiritual dan pujian yang muncul dari komunitas mantan budak-budak Afrika di AS. Penggunaan blue note dan penerapan pola call-and-response (di mana dua kalimat diucapkan/dinyanyikan oleh dua orang secara berurutan dan kalimat keduanya bisa dianggap sebagai "jawaban" bagi kalimat pertama) dalam musik dan lirik lagu-lagu blues adalah bukti asal usulnya yang berpangkal di Afrika Barat. Di era kini banyak Blues Lovers lahir. Mereka menyimak, belajar, menulis, memainkan, dan bikin album.


Sumber : Wikipedia
The Raid




The Raid (sebelum diedarkan: Serbuan Maut) adalah film aksi seni bela diri dari Indonesia yang disutradarai oleh Gareth Evans dan dibintangi oleh Iko Uwais. Pertama kali dipublikasi pada Festival Film Internasional Toronto (Toronto International Film Festival, TIFF) 2011 sebagai film pembuka untuk kategori Midnight Madness, para kritikus dan penonton memuji film tersebut sebagai salah satu film aksi terbaik setelah bertahun-tahun sehingga memperoleh penghargaan The Cadillac People's Choice Midnight Madness Award.

Film ini adalah kerja sama kedua antara Gareth Evans dan Iko Uwais setelah film aksi pertama mereka, Merantau, yang diluncurkan pada tahun 2009. Sama halnya dengan Merantau, dalam proyek ini, mereka juga menonjolkan seni bela diri tradisional Indonesia, Pencak Silat, dalam tata laga mereka. Penata laga untuk The Raid adalah Iko Uwais dan Yayan Ruhian, sama seperti pada Merantau, dengan sejumlah ide dari Gareth Evans sendiri. Proses pengerjaan film ini dikerjakan selama tiga bulan.

Olahan koreografi seni bela diri film ini telah menuai decak kagum dari para juri dan penonton di berbagai festival fim Internasional. Film ini setelah dirilis sempat bertengger di posisi 15 besar top Box Office bioskop Amerika. Dengan kesuksesan itu, The Raid berhasil meraup penghasilan sekitar US$ 1.228 juta atau sekitar Rp 11 miliar.

Sebagian besar ide cerita keluar dari Gareth Evans. Evans mengatakan di dalam blognya dia sejak kecil terobsesi dengan film "Peace Hotel" (1995) yang dibintangi Chow Yun FatEvans mengatakan bahwa dia menyukai konsep sebuah bangunan terisolasi yang menawarkan perlindungan kepada penjahat, tetapi ketika Evans akhirnya melihat film tersebut lebih dari 15 tahun kemudian "khayalan" Evans mengenai film ini benar-benar berbeda dengan apa yang dia lihat. Saat dia menonton film ini yang dia bayangkan dari film ini adalah gelap noirish dengan bahaya pada setiap lantai dengan aksi terbatas pada ruang interior dipenuhi dengan bayangan dan ketakutan. Evans juga membayangkan akan memiliki lebih banyak action, bukan hanya dari sudut hati yang manis dan romantis seperti yang ditampilkan pada film ini.

Setelah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk "Merantau", keinginannya untuk membuat film yang latarnya 95% berada di dalam ruangan. Evans mulai menonton banyak film untuk inspirasi, seperti Assault on Precinct 13 (1976) dan Die Hard (1988) untuk mencari struktur cerita, bagaimana mengembangkan adegan aksi ke dalam cerita sealami mungkin.

Alasan Produser Tak Lagi Pakai Judul 'Serbuan Maut'
Sebelum mengikuti Festival Film Toronto 2011 awal September lalu, judul 'The Raid' niatnya hanya akan dipakai di pasar internasional untuk judul asli 'Serbuan Maut'. Namun kini film tersebut hanya akan menggunakan satu judul. Simak alasannya berikut ini :

"Awalnya memang 'Serbuan Maut' untuk di Indonesia, tapi setelah melihat reaksi penonton internasional, akhirnya kita putuskan untuk pakai satu judul aja (The Raid)," ujar Produser Merantau Films Ario Sagantoro saat ditemui di Grand Hyatt, Jakarta Pusat, Rabu (28 September 2011).

Hal tersebut dilakukan agar penonton tidak bingung dan bertanya-tanya. Penggunaan satu judul juga akan lebih memudahkan sistem produksi dan distribusi film. 

Pemeran
  1. Iko Uwais sebagai Rama, anggota tim Polisi elit penyerbu dengan agenda tersembunyi, protagonis utama film.
  2. Donny Alamsyah sebagai Andi, tangan kanan dan otak bisnis narkoba Tama.
  3. Pierre Gruno sebagai Letnan Wahyu, senior kepolisian yang memerintahkan operasi penyerbuan.
  4. Ray Sahetapy sebagai Tama Riyadi, gembong narkotik kejam, penguasa gedung apartemen dan antagonis utama.
  5. Yayan Ruhian sebagai Mad Dog ("anjing gila"), tangan kanan dan tukang pukul brutal Tama yang berkeahlian silat tinggi.
  6. Joe Taslim sebagai Sersan Jaka, pemimpin operasi penyerbuan.
  7. Tegar Satrya sebagai Bowo, anggota tim Polisi elit penyerbu yang keras kepala.
  8. Eka "Piranha" Rahmadia sebagai Dagu, anggota tim Polisi elit penyerbu.
  9. Verdi Solaiman sebagai Budi, anggota tim Polisi elit penyerbu.

Penghargaan
  1. The Cadillac People's Choice Midnight Madness Award, TIFF 2011
  2. Salah satu dari 11 film yang menjadi Spotlight dalam Festival Film Sundance 2012
  3. Terpilih menjadi penutup sesi Fright Fest dalam Festival Film Glasgow 2012
  4. Audience Award dan Dublin Film Critics Circle Best Film dalam Festival Film Internasional Dublin Jameson 2012.
  5. Prix du Public dalam 6ème Festival Mauvais Genre di Tours, Prancis .
  6. Sp!ts Silver Scream Award pada Festival Film Imagine ke-28 di Amsterdam, Belanda.

Sumber : Wikipedia, detik.com


Pancaran Sinar Petromaks


Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks (disingkat OM PSP) adalah grup musik dangdut humor asal Indonesia yang popular pada paruh akhir dekade 1970-an, terutama di kalangan mahasiswaGrup musik ini seringkali tampil bersama-sama dengan Warkop pada masa jayanya. Selain sering memainkan dan memelesetkan lagu-lagu dangdut popular tahun 1960-an dan 1970-an (misalnya Siksa Kubur atau Seia Sekata), mereka juga dikenal dari lagu-lagu yang diciptakan sendiri. OM PSP dapat dianggap pelopor dangdut humor, subgenre yang masih disukai hingga sekarang. Para personel OM PSP di antaranya adalah mahasiswa Universitas Indonesia yang berkampus di Rawamangun, Jakarta. OM PSP yang terdiri atas Ade Anwar,Monos,Omen,Rizali Indrakesumah,Dindin,Aditya,Andra Ramadan Muluk,James R Lapian serta bintang tamu Edwin Hudioro.


Debut mereka pertamakali tampil di TVRI pada peringatan ulang-tahun TVRI pada tahun 1978. Setelah itu, mereka tampil dalam beberapa film yang juga lumayan sukses di pasaran. Hanya saja, kekuatan mereka adalah pada aransemen musik yang khas dan celotehan lirik lagu yang sangat lekat dengan kehidupan masyarakat. Ketika mereka memplesetkan lagu rakyat Skotlandia My Bonnie dengan irama Melayu, sangat jelas kelihatan proses kreatifnya yang amat tinggi, begitu pula saat mereka menyanyikan salah-satu lagu hits kelompok musik The Beatles (Can't Buy Me Love). Proses kreatif itu yang menjadikan karya-karya mereka sulit ditandingi oleh grup-grup serupa yang muncul pada kurun tahun belakangan.

Dalam penampilannya di layar kaca TVRI pada tahun 1978 itu, PSP manggung bersama DonoKasinoIndro (Warkop) dan Nanu. Nanu inilah yang dikenal karena lagu Cubit-Cubitan-nya yang berlogat Batak, padahal Nanu berasal dari Jawa Tengah. Munculnya, grup OM PSP ini akan sangat bagus jika dikontekstualisasikan pada zaman ketika pergerakan mahasiswa 77/78 memperoleh momentumnya. Pada saat itu, gerakan mahasiswa sedang gencar mengkritik berbagai ketimpangan sosial. Rojali, salah-satu personel grup PSP berhasil dengan bagus memotret ketimpangan itu dalam lagu Duta Merlin. Lagu yang ringan, yang menunjukkan kesenjangan sosial dan dimulainya era kapitalisasi spasio-stemporal di Jakarta pada lokasi-lokasi tertentu.

Sumber : Wikipedia


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India